menu

Senin, 20 Juni 2016

Menyikapi Anak Berkebutuhan Khusus Secara Tepat

Ketika mendengar kata “anak berkebutuhan khusus”, ke arah manakah pikiran kita berlari? Apakah ke anak-anak yang mengalami cacat fisik; tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, tidak dapat melihat, dan tidak dapat mendengar? Atau, ke arah anak-anak yang air liurnya menetes panjang dan ingusnya menjulur? Jika kita berpikir ke arah sana, itu tidak keliru. Namun, kita perlu tahu bahwa “anak berkebutuhan khusus” ini mengandung arti yang lebih luas.
Anak berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak dengan kecacatan tertentu yang bersifat permanen. Ada pula anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Biasanya disebut sebagai anak dengan faktor resiko, yaitu anak-anak yang memiliki masalah perkembangan. Masalah perkembangan ini berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak selanjutnya. Bahkan, bila tidak mendapatkan penanganan secara tepat, gangguan ini justru dapat berkembang menjadi permanen.
Anak berkebutuhan khusus dengan kecacatan yang bersifat permanen antara lain adalah anak dengan tuna rungu (tidak dapat mendengar), anak dengan tuna wicara (tidak dapat bicara), anak dengan tuna netra (tidak dapat melihat), anak dengan tuna daksa (cacat pada tubuh), serta anak dengan tuna grahita (mengalami keterbelakangan mental). Selain itu, ada istilah yang juga berkaitan dengan kebutuhan khusus. Contohnya ialah sindroma Down, autisma, asperger, cerebral palsy, sindrom Klinefelter, disleksia, dan masih banyak jenis gangguan lainnya. Sedangkan, anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer contohnya anak dengan tuna laras. Tuna laras berarti anak mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan mengalami gangguan emosi. Kemudian, ada pula anak dengan kebutuhan khusus lainnya yang disebabkan oleh penelantaran, kejadian traumatis, dan kekerasan (fisik, emosional, atau pun seksual),
Bagaimana cara orang tua mengetahui bahwa buah hati mereka punya kebutuhan khusus?
Untuk mengetahui apakah anak punya kebutuhan khusus, orang tua dapat memperhatikan kemampuan penglihatan, pendengaran, kemampuan berpikir, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan gerak anak. Berikut ini adalah contoh panduan bagi para orang tua, yang dikembangkan oleh Children’s Inclusive Care Council of Amador and Calaveras:
a.   Penglihatan. Sebaiknya perhatikan apakah anak sering mengucek matanya, mengalami kesulitan mengikuti orang atau objek dengan matanya, mata memerah atau berair, posisi kepala anak terlihat tidak wajar atau miring ke arah tertentu ketika melihat objek, mengecilkan mata ketika melihat objek yang jauh, kesulitan memungut benda-benda kecil di lantai, serta menutup salah satu mata ketika melihat objek pada jarak tertentu.
b.   Pendengaran. Lihat apakah anak mengalami sakit terlinga secara berkala, mengalami masalah infeksi atau alergi pada hidung, telinga, dan tenggorokan. Saat ada orang yang berbicara dengan anak, anak tidak melihat ke sumber suara atau tidak bereaksi, bicara dengan nada yang sangat tinggi atau rendah. Kemudian, perhatikan apakah anak sulit dipanggil dari ruangan lain, sering memperhatikan ekspresi wajah kita saat berkomunikasi, tidak menggunakan bahasa yang umumnya digunakan anak sebayanya, sering membesarkan volume suara televisi atau mainan, mengarahkan telinga ke sumber suara, sulit memahami kata-kata yang diucapkan lawan bicara, serta cenderung bernafas dari mulut.
c.    Berpikir. Perhatikan apakah anak tidak merespon wajah dan objek, atau tidak mengenal orang yang sering bertemu dengannya. Anak tidak suka mencari sesuatu yang tersembunyi. Kemudian, anak tidak dapat menyebutkan bagian-bagian tubuhnya, tidak dapat menyebutkan kata-kata yang sederhana bahkan nama objek yang sering dilihatnya. Ketika usia anak beranjak, dia tidak tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas seperti menggambar atau menyusun balok.
d.   Komunikasi. Perhatikan apakah anak cenderung diam, kurang mampu memahami kata-kata mudah seperti susu, botol, dan bye bye. Kemudian, anak juga jarang menyebut mama atau dada, jarang menyebut nama-nama anggota keluarga. Pada saat anak beranjak di usia dua tahun, anak tidak mampu berbicara dengan dua frasa seperti, “Mau pergi”, “Minum susu”.
e.   Bermain. Perhatikan kemampuan anak bayi apakah bisa melambaikan tangan untuk bilang bye bye sebagai perpisahan. Kemudian, anak tidak mampu meniru orang tua dalam mengikuti rutinitas, misalnya mencuci piring, memasak, atau bekerja.
f.     Perilaku secara umum. Perhatikan bagaimana temperamen dan kepribadian anak. Biasanya anak tidak bisa fokus pada suatu hal, persikap terlalu pemalu, tidak suka disentuh, suka merusak benda-benda, punya masalah tidur, makan, atau seputar toilet.
Nah, kita telah mengetahui ternyata begitu banyak masalah yang dapat terjadi dan dialami oleh anak-anak. Panduan di atas merupakan contoh sederhana cara mendeteksi kebutuhan khusus anak. Ada anak yang mengalami satu jenis permasalahan saja. Namun, ada pula yang mengalami masalah kompleks, misalnya mengalami cacat ganda. Cacat ganda contohnya tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, dan tidak bisa bersuara. Kemudian, ada pula yang mengalami cacat fisik ditambah adanya penelantaran dan kekerasan dari keluarga.
Setiap permasalahan membutuhkan penanganan yang berbeda. Cara menyikapi anak yang satu dan yang lain pun akan berbeda meskipun masalah yang dialaminya sama.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus?
a.      Cari tahu
Ya, yang pertama kali harus kita lakukan ialah mencari tahu kondisi yang dialami oleh anak. Tindakan ini nampak sepele, namun efeknya justru mampu mengubah banyak hal. Setelah kita mau mencari tahu dan menemukan jawaban tentang kondisi anak, maka cara berpikir kita pun akan berubah. Begitu pula dengan perasaan dan tindakan kita. Dengan mengetahui kondisi yang sesungguhnya, kita menjadi mampu berempati dengan anak. Kita jadi bisa memahami dan memaklumi perilaku anak. Kita pun tidak akan menuntut anak menjadi sosok ideal seperti yang ada di benak kita. Dengan wawasan yang baik, kita jadi paham dan tahu berbuat apa kepada anak.
b.     Menemukan kelebihan dan kekuatan anak
Anak berkebutuhan khusus, pasti memiliki kekurangan. Namun, mereka pun pasti memiliki kelebihan dan kekuatan. Dengan kebutuhannya yang khusus, cobalah mencari tahu apa kelebihan dan kekuatan anak. Manfaat mengetahui kelebihan-kekuatan anak ialah untuk membantu anak agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Kelebihan-kekuatan ini bisa berupa bakat, bisa juga potensi. Kita hanya perlu mengamati anak di kehidupan sehari-harinya. Temukan kegiatan apa yang sering dilakukannya, dilakukan berulang kali, sangat dinikmati, atau bahkan menghasilkan prestasi. Itulah bakatnya. Jika kita ingin mengembangkannya, kembangkah lah bakat itu. Kemudian, kita coba perhatikan lagi hal apa yang penjadi potensinya. Lihat hal lain yang dia sukai, tidak harus menghasilkan prestasi. Jika dia menyukai hal itu, artinya dia berpotensi di bidang tersebut. Maka, bisa kita kembangkan. Kemampuan-kemampuan ini diperlukannya untuk menjalani kehidupannya di masa mendatang. Upaya menemukan kelebihan dan kekuatan anak memang tidak mudah. Jika kita sudah berupaya namun tidak berhasil menemukannya, kita dapat berkonsultasi ke tenaga profesional seperti psikolog. Psikolog dengan latar pendidikan, pengalaman klinis, kemampuan analisanya akan membantu kita menemukan potensi-potensi anak.
c.      Memberi kesempatan yang sama seperti anak lain
Anak-anak dengan kebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dengan anak lain. Meskipun mereka memiliki keterbatasan, bukan berarti mereka tidak boleh melakukan hal-hal selayaknya anak normal. Apabila anak tidak dapat melakukannya secara mandiri, maka mereka perlu didampingi. Sejauh hal itu tidak berbahaya bagi anak, berilah mereka kesempatan untuk mencoba. Paling tidak secara psikis mereka bisa merasa puas telah melakukan hal itu.

d.     Melibatkan anak dalam bersosialisasi
Dengan bersosialisasi artinya kita memberikan anak kesempatan untuk melatih kecakapan sosial mereka. Kecakapan sosial tingkat dasar yang dapat dilakukan ialah dengan tersenyum, melakukan kontak mata dengan lawan bicara, melambaikan tangan, menyapa, memberi salam, berkenalan, dan memberi pujian. Kecakapan sosial ini adalah kecakapan dasar yang wajib diketahui, dipahami, dan dilakukan oleh manusia. Hal ini menjadi modal bagi kelangsungan hidup anak-anak di masa yang akan datang.
e.      Ekspresikan rasa cinta kepada anak
Orangtua dan keluarga pastilah mencintai anak-anak yang berkebutuhan khusus itu. Namun, rasa sayang dan cinta itu perlu diucapkan dan diekspresikan juga. Mengapa? Karena anak-anak terbiasa dengan hal-hal konkrit. Dan, anak dengan kebutuhan khusus ini pun memiliki kondisi mental yang khusus pula. Dia membutuhkan perhatian, penerimaan, persahabatan, dan berpeluang untuk ikut serta dalam suatu aktivitas.
f.        Jalin kerja sama dengan tenaga professional

Anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan berbeda dan khusus. Seiring bertambahnya usia, persoalan baru juga akan muncul. Oleh karena itu, hendaknya kita perlu menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan dalam menangani anak. Tenaga profesional yang dimaksud contohnya dokter, psikolog, fisioterapis, guru, atau perawat pribadi anak. Dengan kerja sama yang baik diharapkan dapat muncul kebijakan-kebijakan yang baik dan mendukung perkembangan anak.
Oleh: Maria Nofaola., S.Psi., M.Psi., Psikolog 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar